Seni Melakukan Pengelolaan Finansial Pribadi


Di masa sekarang ini, “apalagi buat saya yang hidup perantauan di kota besar” rasanya akan menjadi satu masalah besar jika tidak belajar yang namanya Pengelolaan Keuangan Pribadi. Semakin mudahnya mengeluarkan uang “sewaktu-waktu” berbanding terbalik dengan pemasukan yang harus menunggu hingga satu bulan tahun berjalan. Kondisi ekonomi Indonesia yang masih turun naik (saya sengaja menggunakan frase “turun” terlebih dahulu karena memang sedang dalam grafik turun yang dominan) kemudian memunculkan permasalahan tambahan, bahwa pengelolaan pribadi yang dipikirkan saat ini bukan hanya untuk saat ini, tapi juga harus ada efeknya untuk masa depan.

Sesuai dengan apa yang dituliskan pada (OECD, 2005; Hilgert, Hogarth, & Beverly 2003) menyebutkan bahwa “Warga negara yang memiliki kompetensi keuangan berperan penting dalam kelancaran fungsi pasar keuangan dan stabilitas ekonomi bangsa”. Dilanjutkan (Mandell dan Klien, 2009), mengatakan “Ketidakmampuan masyarakat membuat keputusan finansial dalam mengelola keuangannya dapat menimbulkan dampak negatif pada seluruh aspek perekonomian suatu negara”. Artinya, pengelolaan pribadi menjadi tulang punggung dan akan selalu berpengaruh pada kondisi perekonomian suatu negara. Meskipun tidak dalam kondisi yang sangat sederhana.

Kondisi lain yang menurut saya menjadi masalah saat ini adalah mengenai biaya pendidikan yang semakin tinggi. Bagi sebuah keluarga yang telah memiliki anak (atau bahkan “anak-anak” –maksudnya lebih dari satu-), saya kira hal tersebut juga menjadi masalah yang harus di atur karena menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa rata-rata kenaikan biaya pendidikan mencapai 10 persen per tahun. Bisa dibayangkan bagaimana dengan biaya pendidikan 15 tahun mendatang?

Tahun ini, kebetulan adik saya memasuki dunia perkuliahan melalui ujian mandiri. Saya bisa melihat bahwa ternyata melalui ujian mandiri, sumbangan pendidikan mempunyai pengaruh yang lumayan besar terhadap kelulusan pendaftar. Beberapa pekan lalu, adik saya berhasil lolos meskipun masuk di dalam list cadangan yang kemudian disusulkan dengan keharusan melakukan wawancara dengan orang tua. Lucunya, dengan kondisi kampus tersebut adalah salah satu universitas negeri di salah satu daerah di Jawa Tengah, mengatakan bahwa “akan dijamin masuk jika pembayaran awal (SPP+uang gedung+lain-lain) sebesar 35 juta dengan UKT (uang semester) golongan tinggi yaitu 7 juta/tahun”. Totally amazing!! Terlepas bahwa itu hal yang menurut saya berlebihan, tetapi mungkin saja beberapa tahun kedepan dianggap sebagai hal yang biasa dan nominal uang yang kecil.

Mari kita hitung kasar dengan skema diatas. saya anggap SD/SMP/SMA sudah gratis.

Uang Masuk + SPP tahun 1 = 35 juta
Uang Semesteran = 7 juta/semester x 7 = 49 juta
Kosan = 5 juta/tahun x 4 = 20 juta
Uang bulanan = 1,5 juta/bulan x 12 (bulan) x 4 (tahun) = 72 juta
Total = 176 juta atau 44 juta/tahun

Bisa dibayangkan bagaimana jika pengelolaan keuangan pribadi tidak diatur dari sekarang?

Emm. . Belum lagi urusan rumah yang harganya bisa naik 10%-35%/tahun. Apartment pun sama. Colliers International Indonesia via beritasatu.com pada tanggal 22 Maret 2017, juga mengatakan bahwa kenaikan harga hunian vertikal di Jakarta biasanya berkisar antara 10%-15%/tahun. Mungkin berbeda pada masing-masing daerah, tetapi saya kira kenaikan akan tetap terus terjadi.

Semua, bersumber pada “Seni” dan sudut pandang masing-masing

Manajemen keuangan pribadi adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya (keuangan) dari unit individual/rumah tangga (Gitman, 2002). Karena dianggap sebagai seni, maka pengelolaan keuangan tidak memiliki ke-baku-an yang sama pada setiap orang. Tidak ada yang salah melakukan pengelolaan keuangan pribadi menurut versinya masing-masing. Yang paling penting adalah bahwa masing-masing individu sudah mengetahui penting/tidak penting untuk melakukan pengelolaan keuangan yang baik.

Saya pribadi, untuk melakukan monitoring pengeluaran dan pemasukan biasanya menggunakan 2 cara, tradisional dan kekinian. Tradisional, tidak jauh-jauh dari kertas di buku catatan. Saya rasa, mungkin cara yang satu ini menjadi cara lama yang masih banyak dipertahankan. Rata-rata yang berada dan masih setia dengan cara ini biasanya orang-orang tua atau bahkan orang-orang yang belum move on dengan kebiasaan generasi 90-an. “Kebiasaan” masih belum bisa mengalahkan cara kedua yang lebih simple. Kekurangan cara pertama ini, jika catatan hilang atau tertinggal kita tidak bisa apa-apa. Kecuali kita memang memiliki kemampuan mengingat yang baik.

why make a change, the old way still works
Pola Generasi Pengelolaan Keuangan Pribadi cara pertama.

Cara kedua saya anggap ini sudah agak kekinian karena saya menggunakan aplikasi smartphone. Alasan utama saya memakai cara kedua adalah karena praktis dan selalu bisa dibawa kemana-mana. Bisa di backup dan restore jika sewaktu-waktu handphone perlu untuk di reset. Aplikasi android yang saya pakai ini namanya Money Manager Expense & Budget. Saya sudah coba beberapa aplikasi yang sama tapi menurut saya aplikasi ini yang paling sesuai dengan apa yang saya butuhkan.

money manager apps

Yang paling saya suka dari aplikasi ini karena bisa menampilkan grafik yang menarik sesuai dengan pemasukan/pengeluaran yang kita tulis. Kita juga bisa bagi laporan per kategori yang memudahkan untuk menghitung dan mengkalkulasikan uang yang dapat kita sisihkan tiap bulannya. Kenapa harus per kategori? Karena dengan per-kategori akan memudahkan kita untuk menentukan prioritas. Dari prioritas tersebut, kita dapat menentukan pos-pos pengeluaran mana saja yang harus dikurangi tiap bulannya. (Benson, 2004) mengatakan bahwa “kekuatan prioritas (the power of priority) berpengaruh juga pada tingkat kedisiplinan seseorang ketika mengelola uangnya”.

Berikut screenshot hasil pelaporan aplikasi yang saya pakai

money manager apps (screen capture) (2)

money manager apps (screen capture) (4)

money manager apps (screen capture) (3)

money manager apps (screen capture) (1)

Kemudian, permasalahannya dimana?

Kesimpulannya menurut saya, terdapat kekurangan.

Pertama.. , saya tidak bisa melakukan perencanaan masa depan. Misal, dengan kebutuhan dana untuk pendidikan anggap saja 100 juta, selama 15 tahun kedepan per tahun saya harus menabung berapa? Atau misal, saya tahun depan ingin explore Flores dan Raja Ampat, maka dengan budget misal 40 juta, saya harus menabung berapa per bulannya? Tidak ada cara.

Kedua.. , saya tidak bisa melakukan sharing data dengan istri/keluarga/siapapun karena aplikasi atau catatan ada di handphone saya.

Untuk melengkapi kekurangan diatas, untungnya BNI mengeluarkan salah satu fitur pada i-banking yaitu Pengelolaan Finansial Pribadi. Tujuannya sama untuk membantu melakukan pengelolaan keuangan untuk tujuan tertentu seperti pembelian aset (rumah & kendaraan), pendidikan, wisata, investasi, dll.

Biar lebih mengetahui fitur ini, simak video berikut

Sekarang setelah login aplikasi i-banking BNI, terdapat menu pengelolaan financial pribadi yang terletak di menu paling kanan.

1. Pengelolaan Keuangan Pribadi

Mari Mencoba!

Enaknya, karena saya sudah pernah memakai aplikasi pengelolaan keuangan di android, maka saya sudah mempunyai data kategori yang saya buat sendiri. Untuk yang belum punya kategori, saya sarankan ikuti saja dengan klik salin kategori. Salin yang penting menurut kalian, jangan semuanya.

2. Pengaturan Kategori

3. Salin Kategori
Kategori yang saya salin

Jika memang kurang, tinggal tambahkan kategori sesuai dengan yang kalian tentukan. Kemudian, kita atur transaksi yang pernah kita lakukan. Disini kita akan sedikit flashback atas transaksi yang pernah kita lakukan, agar dapat dibuatkan ringkasan rekeningnya.

9. Pengaturan Transaksi

10. Ringkasan Transaksi Tunai

Setelah selesai dengan pengaturan arus kas (pemasukan-pengeluaran) ini yang buat saya tertarik, ada menu Pengaturan Tujuan. Seperti yang tadi saya sampaikan sebelumnya, saya ambil contoh saja yang terdekat misal tahun depan saya akan merencanakan Eksplore Flores dan Raja Ampat.

5. Pengaturan Tujuan Transaksi

6. Explore Labuan Bajo dan Raja Ampat

7. Detil Target

8. List Target

Untuk saya pribadi, kekurangannya ada pada bagian tambah kategori yang harus memasukkan token tiap kali menambah satu kategori. Bisa dibayangkan jika saya ingin menambahkan 15 kategori baru. 🙂 Selain itu, pada bagian pengaturan tujuan akan lebih baik jika tidak langsung mengarahkan untuk pembukaan rekening baru. Saya memiliki beberapa rekening BNI dan yang saya ingin lakukan adalah menggunakan salah satu rekening tersebut sebagai tabungan tujuan saya di target yang telah saya buat.


Saya kira dengan adanya fitur baru pada i-banking BNI semua bisa saling melengkapi. Kekurangan cara tradisional atau kekinian menggunakan aplikasi smartphone bisa dilengkapi melalui cara terakhir ini.

Menarik bukan? 🙂

Jakarta, 13 Agustus 2017
character no spaces = 7422

Author: Triyoga AP

Salam kenal, panggil saja Yoga. Suka travelling dari dulu (kebanyakan solo backpacker). Suka fotografi (meskipun bukan profesional). Kadang-kadang mengisi waktu luang dengan naik gunung, camping ceria, gowes, trail running, sama woodworking. Di sela-sela kegiatan itu, saya juga masuk jamaah penyeduh kopi mandiri di rumah. Kebanyakan manual brewing. Semoga dapat bertemu di dunia nyata. Cheers!! :)

32 thoughts on “Seni Melakukan Pengelolaan Finansial Pribadi”

  1. Mas Yogaaa.. setuju banget kita butuh pengelolaan finansial.. bukan hanya buat pribadi.. buat emak-emak kaya aye penting juga pengelolaan finansial buat keluarga.
    Btw kalo i-bankingnya cuma BNI 46 aja ya? BNI syariah kumaha? aya nteu? asa baru denger..
    nanti bakalan ada notifikasi ngga kalo target pengelolaannya hampir sampai di due datenya??

    1. Duuuuh, beneran udah emak-emak ma? hehe. .
      Kalo BNI Syariah pun masih bisa sama kok. Itu aplikasinya masih jadi satu sama BNI Konvensional.

      Untuk yang masalah notifikasi terkait due date kayaknya sih bakal ada di email kali ya ma. Kan itu sistemnya debet otomatis. 🙂

  2. Sugoooi!!! Memang butuh banget apalagi buat orang yg suka keteteran ngurus keuangan pribadi a.k.a boros *nunjuk muka sendiri hahahhaa

    Thanks, Mas Kutu hahahaha Sugoii tulisannya.. ditunggu tulisan laiinyyaaa!!!

    1. Apa ya gak mumet mbak di notes? Hehehe. . Ntar kalo akhir bulan, ngitungnya pake kalkulator pasar yang dibungkus plastik. Ya tooo? 🙂

      Aku gak tahu mbak bank lain. Ahseeeeeg. 🙂

  3. sangat menarik bang, rasanya aku juga perlu nih kayak ginian, tapi untuk hp jadul bisa gak nih bang..
    terus terang agak lemot juga sih..

    dan terakhir “character no spaces = 7422” ini buat apa’an? hahaha 😀

    1. Bisa mas. Ya itu mah tinggal niat apa gak nya ya. Hehehe 🙂

      Mentok-mentok ya cara pertama mas. Tapi ini hape jadul pake lemot jangan-jangan udah smartphone ya? 😂😂

      Character no spaces buat info jumlah tulisan kayak di word mas. 🙂

Yuks!! Ngobrol di mari.

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Google photo

You are commenting using your Google account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s