22 Maret 2014
Cuitan kala itu
Tahun ini, tahunnya #pemilu. Banyak bendera di jalan, poster di pohon-pohon, uang disebar dengan saweran, lewat panggung satu warna.
Manusia berbondong-bondong menyuarakan visi misinya. Ada yang terang-terangan, ada yang diam-diam. Biar bisa jadi cinta. #pemilu
Karena memang biasanya cinta itu dibangun di dua alur. Diam-diam, sama terang-terangan. Begitu juga saat berkampanye. #pemilu
Massa digiring, di brainstorming buat makin cinta. Dibuai dengan kebaikan-kebaikan yang diucapkan. Lucu ya. Kok gak jeleknya? #pemilu
Padahal kalau cinta, biar gak memudar, juga harus tahu jeleknya juga kan? Bukan cuma baiknya. Jadi kalau salah, massa tetap dukung. #pemilu
Makannya banyak yang gila kalo gak kesampaian jadi anggota dewan. Karena mereka melakukan sesuatu atas dasar harta bukan cinta. #pemilu
Pas #pemilu, mereka anggap harta jadi yang utama. Padahal, ada Tuhan yang paling berkuasa. Anggap saja, Tuhan adl Bawaslu paling siap siaga. #pemilu
Maka jika ingin menang, rayulah Tuhan dengan visi misimu, kemudian baru masyarakatmu. Jangan terbalik!! Pas mau #pemilu, baru ingat Tuhanmu. #pemilu
Partai #pemilu juga sekarang lebih berwarna. Tapi tak apa, justru karena berbeda, cinta kemudian ada. Karena bisa saling melengkapi.
[…]