Terkadang, keputusan terbaik adalah, “menerima“.
Bandung, 31 Maret 2013
-6.975779
107.630596
Wanna share this?
- Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
- Click to share on Facebook (Opens in new window)
- Click to share on Twitter (Opens in new window)
- Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
- Click to share on Tumblr (Opens in new window)
- Click to email this to a friend (Opens in new window)
- Click to print (Opens in new window)
- Click to share on Reddit (Opens in new window)
- Click to share on Pinterest (Opens in new window)
Related
Author: Triyoga AP
Salam kenal, panggil saja Yoga. Suka travelling dari dulu (kebanyakan solo backpacker). Suka fotografi (meskipun bukan profesional). Kadang-kadang mengisi waktu luang dengan naik gunung, camping ceria, gowes, trail running, sama woodworking. Di sela-sela kegiatan itu, saya juga masuk jamaah penyeduh kopi mandiri di rumah. Kebanyakan manual brewing. Semoga dapat bertemu di dunia nyata. Cheers!! :) View all posts by Triyoga AP
ya kayak gini ini resiko keseringan ngetwit… jadi lupa kalo lagi ngeblog 😆
Hahaha. . Yo gak ngono mas.
Lah iki style 2013. Ngepost e sitik, tapi kandungan artine jerooo.
tentu saja cuek juga..
Nah lo. Apakah mbak titin banget kalo kayak gini? 😆
tintin ya.. titin ma tetangga tuh..
biasanya kalu lagi ga ada solusi, daku ambil sikap cuek.. ga usah mikirin.. cape sendiri.. ga suka ya balik badan..
daku ga tahu masalah awal gimana, jadi kalu baca sebaris kata gitu bisa diambil kesimpulan [menurut daku] ya gitu.. orang bedabeda toh..
Iya mbak, kurang n tadi. Hehe. .
Betul mbak, ada juga sih orang yang kayak gitu. Ada juga orang yang sedikit aja, dipikir sampe berhari-hari. Padahal simple masalahnya. Itu yang saya bingung. 😀
dengan lapang dada, dan ikhlas.. 😀
Betul (Y) 😀