Jika hati itu ibarat papan kayu, maka pasangan hidup adalah pakunya. Sedang lubang yang tertinggal di papan tatkala paku dicabut adalah kenangan. Meski paku tak lagi bersarang, namun tubuh papan telah berubah. Tubuhnya kini tak lagi mulus lantaran lubang-lubang yang bersemayam. Banyaknya lubang tentu saja tergantung dari banyaknya paku yang sempat tertanam. Dan besar kecilnya lubang tergantung pula dari bagaimana paku mengoyak papan kayu.
Maka berhati-hatilah, karena paku-paku itu bisa saja membuat kita “berbeda”. Ketika sudah terlalu banyak lubang-lubang, maka memang benar, tidak ada satupun yang bisa membuat papan tersebut bisa seperti semula. “Di tambal aja lah!!?” Emang ada tambalan tersebut di kehidupan? Kalo iya, apa coba?
Mari membangun qolbu dengan cinta*
Inspirasi quotes dari kang Deddy Sussantho, “Ketika Hati Pernah Terbagi” ~dakwatuna, [*terinspirasi oleh temen blogger juga. Hehehe. .].